Kamis, 22 Desember 2011

SILABI.PTT

SILABI

ARSIP

filsapat pendidikan











Filsafat Pendidikan


Merupakan terapan dari filsafat umum, maka selama membahas filsafat pendidikan akan berangkat dari filsafat.
Filsafat pendidikan pada dasarnya menggunakan cara kerja filsafat dan akan menggunakan hasil-hasil dari filsafat, yaitu berupa hasil pemikiran manusia tentang realitas, pengetahuan, dan nilai.Dalam filsafat terdapat berbagai mazhab/aliran-aliran, seperti materialisme, idealisme, realisme, pragmatisme, dan lain-lain. Karena filsafat pendidikan merupakan terapan dari filsafat, sedangkan filsafat beraneka ragam alirannya, maka dalam filsafat pendidikan pun kita akan temukan berbagai aliran, sekurang-kurnagnya sebanyak aliran filsafat itu sendiri.
Brubacher (1950) mengelompokkan filsafat pendidikan pada dua kelompok besar, yaitu
a. Filsafat pendidikan “progresif”
Didukung oleh filsafat pragmatisme dari John Dewey, dan romantik naturalisme dari Roousseau
b. Filsafat pendidikan “ Konservatif”.
Didasari oleh filsafat idealisme, realisme humanisme (humanisme rasional), dan supernaturalisme atau realisme religius.

Filsafat-filsafat tersebut melahirkan filsafat pendidikan esensialisme, perenialisme,dan sebagainya.

Berikut aliran-aliran dalam filsafat pendidikan:
1. Filsafat Pendidikan Idealisme memandang bahwa realitas akhir adalah roh, bukan materi, bukan fisik. Pengetahuan yang diperoleh melaui panca indera adalah tidak pasti dan tidak lengkap. Aliran ini memandang nilai adalah tetap dan tidak berubah, seperti apa yang dikatakan baik, benar, cantik, buruk secara fundamental tidak berubah dari generasi ke generasi. Tokoh-tokoh dalam aliran ini adalah: Plato, Elea dan Hegel, Emanuael Kant, David Hume, Al Ghazali

2. Filsafat Pendidikan Realisme merupakan filsafat yang memandang realitas secara dualitis. Realisme berpendapat bahwa hakekat realitas ialah terdiri atas dunia fisik dan dunia ruhani. Realisme membagi realitas menjadi dua bagian, yaitu subjek yang menyadari dan mengetahui di satu pihak dan di pihak lainnya adalah adanya realita di luar manusia, yang dapat dijadikan objek pengetahuan manusia. Beberapa tokoh yang beraliran realisme: Aristoteles, Johan Amos Comenius, Wiliam Mc Gucken, Francis Bacon, John Locke, Galileo, David Hume, John Stuart Mill.

3. Filsafat Pendidikan Materialisme berpandangan bahwa hakikat realisme adalah materi, bukan rohani, spiritual atau supernatural. Beberapa tokoh yang beraliran materialisme: Demokritos, Ludwig Feurbach

4. Filsafat Pendidikan Pragmatisme dipandang sebagai filsafat Amerika asli. Namun sebenarnya berpangkal pada filsafat empirisme Inggris, yang berpendapat bahwa manusia dapat mengetahui apa yang manusia alami. Beberapa tokoh yang menganut filsafat ini adalah: Charles sandre Peirce, wiliam James, John Dewey, Heracleitos.

5. Filsafat Pendidikan Eksistensialisme memfokuskan pada pengalaman-pengalaman individu. Secara umum, eksistensialisme menekankn pilihan kreatif, subjektifitas pengalaman manusia dan tindakan kongkrit dari keberadaan manusia atas setiap skema rasional untuk hakekat manusia atau realitas. Beberapa tokoh dalam aliran ini: Jean Paul Satre, Soren Kierkegaard, Martin Buber, Martin Heidegger, Karl Jasper, Gabril Marcel, Paul Tillich

6. Filsafat Pendidikan Progresivisme bukan merupakan bangunan filsafat atau aliran filsafat yang berdiri sendiri, melainkan merupakan suatu gerakan dan perkumpulan yang didirikan pada tahun 1918. Aliran ini berpendapat bahwa pengetahuan yang benar pada masa kini mungkin tidak benar di masa mendatang. Pendidikan harus terpusat pada anak bukannya memfokuskan pada guru atau bidang muatan. Beberapa tokoh dalam aliran ini : George Axtelle, william O. Stanley, Ernest Bayley, Lawrence B.Thomas, Frederick C. Neff

7. Filsafat Pendidikan esensialisme Esensialisme adalah suatu filsafat pendidikan konservatif yang pada mulanya dirumuskan sebagai suatu kritik pada trend-trend progresif di sekolah-sekolah. Mereka berpendapat bahwa pergerakan progresif telah merusak standar-standar intelektual dan moral di antara kaum muda. Beberapa tokoh dalam aliran ini: william C. Bagley, Thomas Briggs, Frederick Breed dan Isac L. Kandell.

8. Filsafat Pendidikan Perenialisme Merupakan suatu aliran dalam pendidikan yang lahir pada abad kedua puluh. Perenialisme lahir sebagai suatu reaksi terhadap pendidikan progresif. Mereka menentang pandangan progresivisme yang menekankan perubahan dan sesuatu yang baru. Perenialisme memandang situasi dunia dewasa ini penuh kekacauan, ketidakpastian, dan ketidakteraturan, terutama dalam kehidupan moral, intelektual dan sosio kultual. Oleh karena itu perlu ada usaha untuk mengamankan ketidakberesan tersebut, yaitu dengan jalan menggunakan kembali nilai-nilai atau prinsip-prinsip umum yang telah menjadi pandangan hidup yang kukuh, kuat dan teruji. Beberapa tokoh pendukung gagasan ini adalah: Robert Maynard Hutchins dan ortimer Adler.

9. Filsafat Pendidikan rekonstruksionisme merupakan kelanjutan dari gerakan progresivisme. Gerakan ini lahir didasarkan atas suatu anggapan bahwa kaum progresif hanya memikirkan dan melibatkan diri dengan masalah-masalah masyarakat yang ada sekarang. Rekonstruksionisme dipelopori oleh George Count dan Harold Rugg pada tahun 1930, ingin membangun masyarakat baru, masyarakat yang pantas dan adil. Beberapa tokoh dalam aliran ini:Caroline Pratt, George Count,HarolRugg.

 Fenomena”Hidup Lebi Maju”
Setiap orang, pasti menginginkan hidup bahagia. Salah satu diantaranya yakni hidup lebih baik dari sebelumnya atau bisa disebut hidup lebih maju. Hidup maju tersebut didukung atau dapat diwujudkan melalui pendidikan. Dikaitkan dengan penjelasaan diatas, menurut pendapat saya filsafat pendidikan yang sesuai atau mengarah pada terwujudnya kehidupan yang maju yakni filsafat yang konservatif yang didukung oleh sebuah idealisme, rasionalisme(kenyataan). Itu dikarenakan filsafat pendidikan mengarah pada hasil pemikiran manusia mengenai realitas, pengetahuan, dan nilai seperti yang telah disebutkan diatas.
Jadi, aliran filsafat yang pas dan sesuai dengan pendidikan yang mengarah pada kehidupan yang maju menurut pikiran saya yakni filsafat pendidikan progresivisme (berfokus pada siswanya). Tapi akan lebih baik lagi bila semua filsafat diatas bisa saling melengkapi.

sumber artikel: http://intl.feedfury.com/content/16333546-filsafat-pendidikan.html

ARSIP

Sistem Pendidikan

Sistem Pendidikan

Sistim Penyelenggaran Pendidikan

Sejalan dengan paradigma baru pendidikan tinggi, penyelenggaraan pendidikan di Universitas Negeri Makassar menganut pendekatan yang berorientasi pada mahasiswa. Di dalam pengelolaannya maka kualitas menjadi acuan utama yang didukung oleh otonomi, akuntabilitas, akreditasi, dan evaluasi. Dengan didukung oleh pengajar dan staf administrasi Universitas Negeri Makassar berusaha memelihara terselenggaranya pendidikan yang dibinanya. Dukungan lainnya di samping ketersediaan fasilitas, juga kurikulum yang selalu diperbaharui sesuai dengan tuntutan perkembangan terhadap pengaruh teknologi dan seni.
Jenis dan Tujuan Pendidikan

Jenis pendidikan yang diselenggarakan oleh Universitas Negeri Makassar adalah pendidikan Akademik, Pendidikan Profesional, dan Pendidikan Profesi.
Pendidikan akademik terdiri atas program sarjana, program magister, dan program doktor yang bertujuan menyiapkan peserta didik untuk menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dalam menerapkan, mengembangkan, dan/atau memperkaya khasanah ilmu pengetahuan, teknologi dan/atau kesenian, serta menyebarluaskan dan mengupayakan penggunaan teknkologi dan kesenian untuk meningkatkan taraf kehidupan masyarakat dan memperkaya kebudayaan nasional.

Pendidikan Profesional yang terdiri atas program Diploma III, dan diploma IV, bertujuan menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan professional dalam menerapkan mengembangkan, dan menyebarluaskan teknologi dan /atau kesenian serta mengupayakan penggunaan untuk meningkatkan taraf kehidupan masyarakat dan memperkaya kebudayaan nasional.

Pendidikan Profesi adalah pendidikan tambahan setelah pendidikan sarjana untuk memperoleh keahlian dan sebutan profesi dalam bidang tertentu.

Sistem Pendidikan

Penyelenggaraan pendidikan di Universitas Negeri Makassar menganut Sistem Kredit Semester (SKS) yaitu menyiapkan suatu sistem penyelenggaraan pendidikan dengan menggunakan satuan kredit semester untuk menyatakan beban studi mahasiswa, beban kerja dosen, pengalaman belajar, dan beban penyelenggaraan program. System ini memungkinkan mahasiswa merencanakan pendidikannya sesuai dengan minat dan kemampuannya. Untuk perencanaan ini mahasiswa diwajibkan mengisi Kartu Rencana Studi (KRS) yang ditetapkan oleh pemimpin Fakultas.

Semester adalah satuan waktu kerja kegiatan yang terdiri atas 16 sampai 19 minggu kuliah atau kegiatan terjadwal lainnya, berikut kegiatan iringannya, termasuk 2 sampai 3 minggu kegiatan penilaian.

Satuan Kredit semester adalah takaran penghargaan terhadap pengalaman belajar yang diperoleh selama satu semester melalui kegiatan terjadwal per minggu sebanyak 1 jam perkuliahan atau 2 jam praktikum, atau 4 jam kerja lapangan, yang masing-masing diiringi oleh sekitar 1 – 2 jam kegiatan terstruktur dan sekitar 1 – 2 jam kegiatan mandiri.

Unit Pelaksana Teknis

 

Copyright (C) 2010 By Team ICT Center UNM

 

Sumber web: http://www.unm.ac.id/index.php/sistem-pendidikan

 

Kurikulum

 

Kurikulum


 

Pasal 37

Kurikulum disusun untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional dengan memperhatikan tahap perkembangan peserta didik dan kesesuaiannya dengan lingkungan, kebutuhan pembangunan nasional, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kesenian, sesuai dengan jenis dan jenjang masing-masing satuan pendidikan.

Pasal 38

  1. Pelaksanaan kegiatan pendidikan dalam satuan pendidikan didasarkan atas kurikulum yang berlaku secara nasional dan kurikulum yang disesuaikan dengan keadaan serta kebutuhan lingkungan dan ciri khas satuan pendidikan yang bersangkutan.

  2. Kurikulum yang berlaku secara nasional ditetapkan oleh Menteri atau Menteri lain atau Pimpinan Lembaga Pemerintah Non Departemen berdasarkan pelimpahan wewenang dari Menteri.


Pasal 39

  1. Isi kurikulum merupakan susunan bahan kajian dan pelajaran untuk mencapai tujuan penyelenggaraan satuan pendidikan yang bersangkutan dalam rangka upaya pencapaian tujuan pendidikan nasional.

  2. Isi kurikulum setiap jenis, jalur, dan jenjang pendidikan wajib memuat :

    1. pendidikan Pancasila;

    2. pendidikan agama;

    3. pendidikan kewarganegaraan.



  3. Isi kurikulum pendidikan dasar memuat sekurang-kurangnya bahan kajian dan pelajaran tentang :

    1. pendidikan Pancasila;

    2. pendidikan agama;

    3. pendidikan kewarganegaraan;

    4. bahasa Indonesia;

    5. membaca dan menulis;

    6. matematika (termasuk berhitung);

    7. pengantar sains dan teknologi;

    8. ilmu bumi;

    9. sejarah nasional dan sejarah umum;

    10. kerajinan tangan dan kesenian;

    11. pendidikan jasmani dan kesehatan;

    12. menggambar; serta

    13. bahasa Inggris.



  4. Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) diatur oleh Menteri.


Bab X. Hari Belajar dan Libur Sekolah


Pasal 40

  1. Jumlah sekurang-kurangnya hari belajar dalam 1 (satu) tahun untuk setiap satuan pendidikan diatur oleh Menteri.

  2. Hari-hari libur untuk satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh Pemerintah diatur oleh Menteri dengan mengingat ketentuan hari raya nasional, kepentingan agama, dan faktor musim.

  3. Satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat dapat mengatur hari-hari liburnya sendiri dengan mengingat ketentuan yang dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2).


Bab XI. Bahasa Pengantar


Pasal 41

Bahasa pengantar dalam pendidikan nasional adalah bahasa Indonesia.

Pasal 42

  1. Bahasa daerah dapat digunakan sebagai bahasa pengantar dalam tahap awal pendidikan dan sejauh diperlukan dalam penyampaian pengetahuan dan/atau keterampilan tertentu.

  2. Bahasa asing dapat digunakan sebagai bahasa pengantar sejauh diperlukan dalam penyampaian pengetahuan dan/atau keterampilan tertentu.


Bab XII. Penilaian


Pasal 43

Terhadap kegiatan dan kemajuan belajar peserta didik dilakukan penilaian.

Pasal 44

Pemerintah dapat menyelenggarakan penilaian hasil belajar suatu jenis dan/atau jenjang pendidikan secara nasional.

Pasal 45

Secara berkala dan berkelanjutan Pemerintah melakukan penilaian terhadap kurikulum serta sarana dan prasarana pendidikan sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan keadaan.

Pasal 46

  1. Dalam rangka pembinaan satuan pendidikan, Pemerintah melakukan penilaian setiap satuan pendidikan secara berkala.

  2. Hasil penilaian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diumumkan secara terbuka.


Bab XIII. Peranserta Masyarakat


Pasal 47

  1. Masyarakat sebagai mitra Pemerintah berkesempatan yang seluas-luasnya untuk berperanserta dalam penyelenggaraan pendidikan nasional.

  2. Ciri khas satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat tetap diindahkan.

  3. Syarat-syarat dan tata cara dalam penyelenggaraan pendidikan ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.


Bab XIV. Badan Pertimbangan Pendidikan Nasional


Pasal 48

  1. Keikutsertaan masyarakat dalam penentuan kebijaksanaan Menteri berkenaan dengan sistem pendidikan nasional diselenggarakan melalui suatu Badan Pertimbangan Pendidikan Nasional yang beranggotakan tokoh-tokoh masyarakat dan yang menyampaikan saran, dan pemikiran lain sebagai bahan pertimbangan.

  2. Pembentukan Badan Pertimbangan Pendidikan Nasional dan pengangkatan anggota-anggotanya dilakukan oleh Presiden.


Bab XV. Pengelolaan


Pasal 49

Pengelolaan sistem pendidikan nasional adalah tanggung jawab Menteri.

Pasal 50

Pengelolaan satuan dan kegiatan pendidikan yang dislenggarakan oleh Pemerintah dilakukan oleh Menteri dan Menteri lain atau Pimpinan Lembaga Pemerintah lain yang menyelenggarakan satuan pendidikan yang bersangkutan.

Pasal 51

Pengelolaan satuan dan kegiatan pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat dilakukan oleh badan/perorangan yang menyelenggarakan satuan pendidikan yang bersangkutan.

Bab XVI. Pengawasan


Pasal 52

Pemerintah melakukan pengawasan atas penyelenggaraan pendidikan yang diselenggarakan oleh Pemerintah ataupun oleh masyarakat dalam rangka pembinaan perkembangan satuan pendidikan yang bersangkutan.

Pasal 53

Menteri berwenang mengambil tindakan administratif terhadap penyelenggara satuan pendidikan yang melakukan pelanggaran terhadap ketentuan undang-undang ini.

Bab XVII. Ketentuan Lain-lain


Pasal 54

  1. Satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh Pemerintah Republik Indonesia di luar negeri khusus bagi peserta didik warga negara adalah bagian dari sistem pendidikan nasional.

  2. Satuan pendidikan yang diselenggarakan di wilayah Republik Indonesia oleh perwakilan negara asing khusus bagi peserta didik warga negara asing tidak termasuk sistem pendidikan nasional.

  3. Peserta didik warga negara asing yang mengikuti pendidikan di satuan pendidikan yang merupakan bagian dari sistem pendidikan nasional wajib menaati ketentuan-ketentuan yang berlaku bagi dan dari satuan pendidikan yang bersangkutan.

  4. Kegiatan pendidikan yang diselenggarakan dalam rangka kerja sama internasional atau yang diselenggarakan oleh pihak asing di wilayah Republik Indonesia dilakukan sesuai dengan ketentuan undang-undang ini dan sepanjang tidak bertentangan dengan kepentingan nasional.

  5. Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.


Bab XVIII. Ketentuan Pidana


Pasal 55

  1. Barangsiapa dengan sengaja melakukan pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 19 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya 18 (delapan belas) bulan atau pidana denda setinggi-tingginya Rp. 15.000.000,00 (lima belas juta rupiah).

  2. Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah kejahatan.


Pasal 56

  1. Barangsiapa dengan sengaja melakukan pelanggaran terhadap ketentuan pasal 19 ayat (2), Pasal 20, dan Pasal 29 ayat (1) dipidana kurungan selama-lamanya 6 (enam) bulan atau denda setinggi-tingginya Rp. 5.000.000,00 (lima juta rupiah).

  2. Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah pelanggaran.


Bab XIX. Ketentuan Peralihan


Pasal 57

  1. Semua peraturan perundang-undangan yang merupakan peraturan pelaksanaan Undang-undang Nomor 4 Tahun 1950 tentang Dasar-dasar Pendidikan dan Pengajaran di Sekolah (Lembaran Negara Tahun 1950 Nomor 550),

  2. Undang-undang Nomor 12 Tahun 1954 tentang Pernyataan Berlakunya Undang-undang Nomor 4 Tahun 1960 dari Republik Indonesia Dahulu tentang Dasar-dasar Pendidikan dan Pengajaran di Sekolah Untuk Seluruh Indonesia (Lembaran Negara Tahun 1954 Nomor 38, Tambahan Lembaran Negara Nomor 550),

  3. dan Undang-undang Nomor 22 Tahun 1961 tentang Perguruan Tinggi (Lembaran Negara Tahun 1961 Nomor 302, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2361),

  4. Undang-undang Nomor 14 PRPS Tahun 1965 tentang Majelis Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Tahun 1965 Nomor 80) dan Undang-undang Nomor 19 PNPS Tahun 1965 tentang Pokok-pokok Sistem Pendidikan Nasional Pancasila (Lembaran Negara Tahun 1965 Nomor 81) yang ada pada saat diundangkannya undang-undang ini masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dan belum diganti berdasarkan undang-undang ini.


Bab XX. Ketentuan Penutup


Pasal 58

Pada saat mulai berlakunya undang-undang ini,


    1. Undang-undang Nomor 4 Tahun 1950 tentang Dasar-dasar Pendidikan dan Pengajaran di Sekolah (Lembaran Negara Tahun 1950 Nomor 550),

    2. Undang-undang Nomor 12 Tahun 1954 tentang Pernyataan Berlakunya Undang-undang Nomor 4 Tahun 1960 dari Republik Indonesia Dahulu tentang Dasar-dasar Pendidikan dan Pengajaran di Sekolah Untuk Seluruh Indonesia (Lembaran Negara Tahun 1954 Nomor 38, Tambahan Lembaran Negara Nomor 550),

    3. dan Undang-undang Nomor 22 Tahun 1961 tentang Perguruan Tinggi (Lembaran Negara Tahun 1961 Nomor 302, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2361),

    4. Undang-undang Nomor 14 PRPS Tahun 1965 tentang Majelis Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Tahun 1965 Nomor 80) dan Undang-undang Nomor 19 PNPS Tahun 1965 tentang Pokok-pokok Sistem Pendidikan Nasional Pancasila (Lembaran Negara Tahun 1965 Nomor 81) dinyatakan tidak berlaku.



Pasal 59

Undang-undang ini mulai berlaku pada tanggal diumumkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan undang-undang ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

Sumber dari ; http://zkarnain.tripod.com/DIKNAS.HTM#sepuluh

 

PSIKOLOGI PENDIDIKAN








PSIKOLOGI PENDIDIKAN


 

A.     Pendahuluan

Psikologi pendidikan adalah studi yang sistematis terhadap proses dan faktor-faktor yang berhubungan dengan pendidikan. Sedangkan pendidikan adalah proses pertumbuhan yang berlangsung melalui tindakan-tindakan belajar (Whiterington, 1982:10). Dari batasan di atas terlihat adanya kaitan yang sangat kuat antara psikologi pendidikan dengan tindakan belajar. Karena itu, tidak mengherankan apabila beberapa ahli psikologi pendidikan menyebutkan bahwa lapangan utama studi psikologi pendidikan adalah soal belajar. Dengan kata lain, psikologi pendidikan memusatkan perhatian pada persoalan-persoalan yang berkenaan dengan proses dan faktor-faktor yang berhubungan dengan tindakan belajar.

Karena konsentrasinya pada persoalan belajar, yakni persoalan-persoalan yang senantiasa melekat pada subjek didik, maka konsumen utama psikologi pendidikan ini pada umumnya adalah pada pendidik. Mereka memang dituntut untuk menguasai bidang ilmu ini agar mereka, dalam menjalankan fungsinya, dapat menciptakan kondisi-kondisi yang memiliki daya dorong yang besar terhadap berlangsungnya tindakan-tindakan belajar secara efektif.

 

B.     Mendorong Tindakan Belajar

Pada umumnya orang beranggapan bahwa pendidik adalah sosok yang memiliki sejumlah besar pengetahuan tertentu, dan berkewajiban menyebarluaskannya kepada orang lain. Demikian juga, subjek didik sering dipersepsikan sebagai sosok yang bertugas mengkonsumsi informasi-informasi dan pengetahuan yang disampaikan pendidik. Semakin banyak informasi pengetahuan yang mereka serap atau simpan semakin baik nilai yang mereka peroleh, dan akan semakin besar pula pengakuan yag mereka dapatkan sebagai individu terdidik.

Anggapan-anggapan seperti ini, meskipun sudah berusia cukup tua, tidak dapat dipertahankan lagi. Fungsi pendidik menjejalkan informasi pengetahuan sebanyak-banyakya kepada subjek didik dan fungsi subjek didik menyerap dan mengingat-ingat keseluruhan  informasi itu, semakin tidak relevan lagi mengingat bahwa pengetahuan itu sendiri adalah sesuatu yang dinamis dan tidak terbatas. Dengan kata lain, pengetahuan-pengetahuan (yang dalam perasaan dan pikiran manusia dapat dihimpun) hanya bersifat sementara dan berubah-ubah, tidak mutlak (Goble, 1987 : 46). Gugus pengetahuan yang dikuasai dan disebarluaskan saat ini, secara relatif, mungkin hanya berfungsi untuk saat ini, dan tidak untuk masa lima hingga sepuluh tahun ke depan. Karena itu, tidak banyak artinya menjejalkan informasi pengetahuan kepada subjek didik, apalagi bila hal itu terlepas dari konteks pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari.

Namun demikian bukan berarti fungsi traidisional pendidik untuk menyebarkan informasi pengetahuan harus dipupuskan sama sekali. Fungsi ini, dalam batas-batas tertentu, perlu dipertahankan, tetapi harus dikombinasikan dengan fungsi-fungsi sosial yang lebih luas, yakni membantu subjek didik untuk memadukan informasi-informasi yang terpecah-pecah dan tersebar ke dalam satu falsafah yang utuh. Dengan kata lain dapat diungkapkan bahwa menjadi seorang pendidik dewasa ini berarti juga menjadi “penengah” di dalam perjumpaan antara subjek didik dengan himpunan informasi faktual yang setiap hari mengepung kehidupan mereka.

Sebagai penengah, pendidik harus mengetahui dimana letak sumber-sumber informasi pengetahuan tertentu dan mengatur mekanisme perolehannya apabila sewaktu-waktu diperlukan oleh subjek didik.Dengan perolehan informasi pengetahuan tersebut, pendidik membantu subjek didik untuk mengembangkan kemampuannya mereaksi dunia sekitarnya. Pada momentum inilah tindakan belajar dalam pengertian yang sesungguhya terjadi, yakni ketika subjek didik belajar mengkaji kemampuannya secara realistis dan menerapkannya untuk mencapai kebutuhan-kebutuhannya.

Dari deskripsi di atas terlihat bahwa indikator dari satu tindakan belajar yang berhasil adalah : bila subjek didik telah mengembangkan kemampuannya sendiri. Lebih jauh lagi, bila subjek didik berhasil menemukan dirinya sendiri ; menjadi dirinya sendiri. Faure (1972) menyebutnya sebagai “learning to be”.

Adalah tugas pendidik untuk menciptakan kondisi yang kondusif bagi berlangsungnya tindakan belajar secara efektif. Kondisi yang kondusif itu tentu lebih dari sekedar memberikan penjelasan tentang hal-hal yang termuat di dalam buku teks, melainkan mendorong, memberikan inspirasi, memberikan motif-motif dan membantu subjek didik dalam upaya mereka mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan (Whiteherington, 1982:77). Inilah fungsi motivator, inspirator dan fasilitator dari seorang pendidik.

 

C.     Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses dan Hasil Belajar

Agar fungsi pendidik sebagai motivator, inspirator dan fasilitator dapat dilakonkan dengan baik, maka pendidik perlu memahami faktor-faktor yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar subjek didik. Faktor-faktor itu lazim dikelompokkan atas dua bahagian, masing-masing faktor fisiologis dan faktor psikologis (Depdikbud, 1985 :11).

1.   Faktor Fisiologis

Faktor-faktor fisiologis ini mencakup faktor material pembelajaran, faktor lingkungan, faktor instrumental dan faktor kondisi individual subjek didik.Material pembelajaran turut menentukan bagaimana proses dan hasil belajar yang akan dicapai subjek didik. Karena itu, penting bagi pendidik untuk mempertimbangkan kesesuaian material pembelajaran dengan tingkat kemampuan subjek didik ; juga melakukan gradasi material pembelajaran dari tingkat yang paling sederhana ke tingkat lebih kompeks.

Faktor lingkungan, yang meliputi lingkungan alam dan lingkungan sosial, juga perlu mendapat perhatian. Belajar dalam kondisi alam yang segar selalu lebih efektif dari pada sebaliknya. Demikian pula, belajar padapagi hari selalu memberikan hasil yang lebih baik dari pada sore hari. Sementara itu, lingkungan sosial yang hiruk pikuk, terlalu ramai, juga kurang kondisif bagi proses dan pencapaian hasil belajar yang optimal.

Yang tak kalah pentingnya untuk dipahami adalah faktor-faktor instrumental, baik yang tergolong perangkat keras (hardware) maupun perangkat lunak (software). Perangkat keras seperti perlangkapan belajar, alat praktikum, buku teks dan sebagainya sangat berperan sebagai sarana pencapaian tujuan belajar. Karenanya, pendidik harus memahami dan mampu mendayagunakan faktor-faktor instrumental ini seoptimal mungkin demi efektifitas pencapaian tujuan-tujuan belajar.

Faktor fisiologis lainnya yang berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar adalah kondisi individual subjek didik sendiri. Termasuk ke dalam faktor ini adalah kesegaran jasmani dan kesehatan indra. Subjek didik yang berada dalam kondisi jasmani yang kurang segar tidak akan memiliki kesiapan yang memadai untuk memulai tindakan belajar.

2.   Faktor Psikologis

Faktor-faktor psikologis yang berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar

jumlahnya banyak sekali, dan masing-masingnya tidak dapat dibahas secara

terpisah.

Perilaku individu, termasuk perilaku belajar, merupakan totalitas penghayatan dan aktivitas yang lahir sebagai hasil akhir saling pengaruh antara berbagai gejala, seperti perhatian, pengamatan, ingatan, pikiran dan motif.

2.1.   Perhatian

Tentulah dapat diterima bahwa subjek didik yang memberikan perhatian intensif dalam belajar akan memetik hasil yang lebih baik. Perhatian intensif ditandai oleh besarnya kesadaran yang menyertai aktivitas belajar. Perhatian intensif subjek didik ini dapat dieksloatasi sedemikian rupa melalui strategi pembelajaran tertentu, seperti menyediakan material pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan subjek didik, menyajikan material pembelajaran dengan teknik-teknik yang bervariasi dan kreatif, seperti bermain peran (role playing), debat dan sebagainya.

Strategi pemebelajaran seperti ini juga dapat memancing perhatian yang spontan dari subjek didik. Perhatian yang spontan dimaksudkan adalah perhatian yang tidak disengaja, alamiah, yang muncul dari dorongan-dorongan instingtif untuk mengetahui sesuatu, seperti kecendrungan untuk mengetahui apa yang terjadi di sebalik keributan di samping rumah, dan lain-lain. Beberapa hasil penelitian psikologi menunjukkan bahwa perhatian spontan cendrung menghasilkan ingatan yang lebih lama dan intensif dari pada perhatian yang disengaja.

2.2.  Pengamatan

Pengamatan adalah cara pengenalan dunia oleh subjek didik melalui penglihatan, pendengaran, perabaan, pembauan dan pengecapan. Pengamatan merupakan gerbang bai masuknya pengaruh dari luar ke dalam individu subjek didik, dan karena itu pengamatan penting artinya bagi pembelajaran.

Untuk kepentingan pengaturan proses pembelajaran, para pendidik perlu memahami keseluruhan modalitas pengamatan tersebut, dan menetapkan secara analitis manakah di antara unsur-unsur modalitas pengamatan itu yang paling dominan peranannya dalam proses belajar. Kalangan psikologi tampaknya menyepakati bahwa unsur lainnya dalam proses belajar. Dengan kata lain, perolehan informasi pengetahuan oleh subjek didik lebih banyak dilakukan melalui penglihatan dan pendengaran.

Jika demikian, para pendidik perlu mempertimbangkan penampilan alat-alat peraga di dalam penyajian material pembelajaran yang dapat merangsang optimalisasi daya penglihatan dan pendengaran subjek didik. Alat peraga yang dapat digunakan, umpamanya ; bagan, chart, rekaman, slide dan sebagainya.

2.3.  Ingatan

Secara teoritis, ada 3 aspek yang berkaitan dengan berfungsinya ingatan, yakni (1) menerima  kesan, (2) menyimpan kesan, dan (3) memproduksi kesan. Mungkin karena fungsi-fungsi inilah, istilah “ingatan” selalu didefinisikan sebagai kecakapan untuk menerima, menyimpan dan mereproduksi kesan.

Kecakapan merima kesan sangat sentral peranannya dalam belajar. Melalui kecakapan inilah, subjek didik mampu mengingat hal-hal yang dipelajarinya.

Dalam konteks pembelajaran, kecakapan ini dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, di antaranya teknik pembelajaran yang digunakan pendidik. Teknik pembelajaran yang disertai dengan penampilan bagan, ikhtisar dan sebagainya kesannya akan lebih dalam pada subjek didik. Di samping itu, pengembangan teknik pembelajaran yang mendayagunakan “titian ingatan” juga lebih mengesankan bagi subjek didik, terutama untuk material pembelajaran berupa rumus-rumus atau urutan-urutan lambang tertentu. Contoh kasus yang menarik adalah mengingat nama-nama kunci nada g (gudeg), d (dan), a (ayam), b (bebek) dan sebagainya.

Hal lain dari ingatan adalah kemampuan menyimpan kesan atau mengingat. Kemampuan ini tidak sama kualitasnya pada setiap subjek didik. Namun demikian, ada hal yang umum terjadi pada siapapun juga : bahwa segera setelah seseorang selesai melakukan tindakan belajar, proses melupakan akan terjadi. Hal-hal yang dilupakan pada awalnya berakumulasi dengan cepat, lalu kemudian berlangsung semakin lamban, dan akhirnya sebagian hal akan tersisa dan tersimpan dalam ingatan untuk waktu yang relatif lama.

Untuk mencapai proporsi yang memadai untuk diingat, menurut kalangan psikolog pendidikan, subjek didik harus mengulang-ulang hal yang dipelajari dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama. Implikasi pandangan ini dalam proses pembelajaran sedemikian rupa sehingga memungkinkan bagi subjek didik untuk mengulang atau mengingat kembali material pembelajaran yang telah dipelajarinya. Hal ini, misalnya, dapat dilakukan melalui pemberian tes setelah satu submaterial pembelajaran selesai.

Kemampuan resroduksi, yakni pengaktifan atau prosesproduksi ulang hal-hal yang telah dipelajari, tidak kalah menariknya untuk diperhatikan. Bagaimanapun, hal-hal yang telah dipelajari, suatu saat, harus diproduksi untuk memenuhi kebutuhan tertentu subjek didik, misalnya kebutuhan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam ujian ; atau untuk merespons tantangan-tangan dunia sekitar.

Pendidik dapat mempertajam kemampuan subjek didik dalam hal ini melalui pemberian tugas-tugas mengikhtisarkan material pembelajaran yang telah diberikan.

2.4.  Berfikir

Definisi yang paling umum dari berfikir adalah berkembangnya ide dan konsep (Bochenski, dalam Suriasumantri (ed), 1983:52) di dalam diri seseorang. Perkembangan ide dan konsep ini berlangsung melalui proses penjalinan hubungan antara bagian-bagian informasi yang tersimpan di dalam didi seseorang yang berupa pengertian-perngertian. Dari gambaran ini dapat dilihat bahwa berfikir pada dasarnya adalah proses psikologis dengan tahapan-tahapan berikut : (1) pembentukan pengertian, (2) penjalinan pengertian-pengertian, dan (3) penarikan kesimpulan.

Kemampuan berfikir pada manusia alamiah sifatnya. Manusia yang lahir dalam keadaan normal akan dengan sendirinya memiliki kemampuan ini dengan tingkat yang reletif berbeda. Jika demikian, yang perlu diupayakan dalam proses pembelajaran adalah mengembangkan kemampuan ini, dan bukannya melemahkannya. Para pendidik yang memiliki kecendrungan untuk memberikan penjelasan yang “selengkapnya” tentang satu material pembelajaran akan cendrung melemahkan kemampuan subjek didik untuk berfikir. Sebaliknya, para pendidik yang lebih memusatkan pembelajarannya pada pemberian pengertian-pengertian atau konsep-konsep kunci yang fungsional akan mendorong subjek didiknya mengembangkan kemampuan berfikir mereka. Pembelajaran seperti ni akan menghadirkan tentangan psikologi bagi subjek didik untuk merumuskan kesimpulan-kesimpulannya secara mandiri.

2.5.  Motif

Motif adalah keadaan dalam diri subjek didik yang mendorongnya untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu. Motif boleh jadi timbul dari rangsangan luar, seperti pemberian hadiah bila seseorang dapat menyelesaikan satu tugas dengan baik. Motif semacam ini sering disebut motif ekstrensik. Tetapi tidak jarang pula motif tumbuh di dalam diri subjek didik sendiri yang disebut motif intrinsik. Misalnya, seorang subjek didik gemar membaca karena dia memang ingin mengetahui lebih dalam tentang sesuatu.

Dalam konteks belajar, motif intrinsik tentu selalu lebih baik, dan biasanya berjangka panjang. Tetapi dalam keadaan motif intrinsik tidak cukup potensial pada subjek didik, pendidik perlu menyiasati hadirnya motif-motif ekstrinsik. Motif ini, umpamanya, bisa dihadirkan melalui penciptaan suasana kompetitif di antara individu maupun kelompok subjek didik. Suasana ini akan mendorong subjek didik untuk berjuang atau berlomba melebihi yang lain.Namun demikian, pendidik harus memonitor suasana ini secara ketat agar tidak mengarah kepada hal-hal yang negatif.

Motif ekstrinsik bisa juga dihadirkan melalui siasat “self competition”, yakni menghadirkan grafik prestasi individual subjek didik.Melalui grafik ini, setiap subjek didik dapat melihat kemajuan-kemajuannya sendiri. Dan sekaligus membandingkannya dengan kemajuan yang dicapai teman-temannya.Dengan melihat grafik ini, subjek didik akan terdorong untuk meningkatkan prestasinya supaya tidak berada di bawah prestasi orang lain.

 

 

By: By Supriadi (Designer & Webmaster)

Sumber dari : http://www.andragogi.com/document/psikologi_pendidikan.htm


 

Hakikat Pendidikan

Hakikat Pendidikan


 

Apa sih hakikat pendidikan? Apakah tujuan yang hendak dicapai oleh institusi pendidikan?

Agak miris lihat kondisi saat ini. Institusi pendidikan tidak ubahnya seperi pencetak mesin ijazah. Agar laku, sebagian memberikan iming-iming : lulus cepat, status disetarakan, dapat ijazah, absen longgar, dsb. Apa yang bisa diharapkan dari pendidikan kering idealisme seperti itu. Ki hajar dewantoro mungkin bakal menangis lihat kondisi pendidikan saat ini. Bukan lagi bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa (seperti yang masih tertulis di UUD 43, bah!), tapi lebih mirip mesin usang yang mengeluarkan produk yang sulit diandalkan kualitasnya.

Pendidikan lebih diarahkan pada menyiapkan tenaga kerja "buruh" saat ini. Bukan lagi pemikir-pemikir handal yang siap menganalisa kondisi. Karena pola pikir "buruh" lah, segala macam hapalan dijejalkan kepada anak murid. Dan semuanya hanya demi satu kata : IJAZAH! ya, ijazah, ijazah, ijazah yang diperlukan untuk mencari pekerjaan. Sangat minim idealisme untuk mengubah kondisi bangsa yang morat-marit ini, sangat minim untuk mengajarkan filosofi kehidupan, dan sangat minim pula dalam mengajarkan moral.

Apa sebaiknya hakikat pendidikan? saya setuju dengan kata mencerdaskan kehidupan bangsa. Tapi, ini masih harus diterjemahkan lagi dalam tataran strategis/taktis. kata mencerdsakan kehidupan bangsa mempunyai 3 komponen arti yang sangat penting : (1) cerdas (2) hidup (3) bangsa.

(1) tentang cerdas
Cerdas itu berarti memiliki ilmu yang dapat digunakan untuk menyelesaikan persoalan real. Cerdas bukan berarti hapal seluruh mata pelajaran, tapi kemudian terbengong-bengong saat harus menciptakan solusi bagi kehidupan nyata. Cerdas bermakna kreatif dan inovatif. Cerdas berarti siap mengaplikasikan ilmunya.

(2) tentang hidup
Hidup itu adalah rahmat yang diberikan oleh Allah sekaligus ujian dari-Nya. Hidup itu memiliki filosofi untuk menghargai kehidupan dan melakukan hal-hal yang terbaik untuk kehidupan itu sendiri. Hidup itu berarti merenungi bahwa suatu hari kita akan mati, dan segala amalan kita akan dipertanggungjawabkan kepada-Nya. Patut dijadikan catatan, bahwa jasad yang hidup belum tentu memiliki ruh yang hidup. Bisa jadi, seseorang masih hidup tapi nurani kehidupannya sudah mati saat dengan snatainya dia menganiaya orang lain, melakukan tindak korupsi, bahkan saat dia membuang sampah sembarangan. Filosofi hidup ini sangat sarat akan makna individualisme yang artinya mengangkat kehidupan seseorang, memanusiakan seorang manusia, memberikannya makanan kehidupan berupa semangat, nilai moral dan tujuan hidup.

(3) tentang bangsa
Manusia selain sesosok individu, dia juga adalah makhluk sosial. Dia adalah komponen penting dari suatu organisme masyarakat. Sosok individu yang agung, tapi tidak mau menyumbangkan apa-apa apa-apa bagi masyarakatnya, bukanlah yang diajarkan agama maupun pendidikan. Setiap individu punya kewajiban untuk menyebarkan pengetahuannya kepada masyarakat, berusaha meningkatkan derajat kemuliaan masyarakat sekitarnya, dan juga berperan aktif dalam dinamika masyarakat. Siapakah masyarakat yang dimaksud disini? Saya setuju bahwa masyarakat yang dimaksud adalah identitas bangsa yang menjadi ciri suatu masyarakat. Era globalisasi memang mengaburkan nilai-nilai kebangsaan, karena segala sesuatunya terasa dekat. Saat terjadi perang Irak misalnya, seakan-akan kita bisa melihat Irak di dalam rumah. Tapi masalahnya, apakah kita mampu berperan aktif secara nyata untuk Irak (selain dengan doa ataupun aksi)? Peran aktif kita dituntut untuk masyarakat sekitar...dan siapakah masyarakat sekitar? tidak lain adalah individu sebangsa.

inilah sekelumit tulisan yang saya jadikan pokok pemikiran buat apa itu hakikat pendidikan sebenarnya.

 

Sumber artikel ini dari : http://pendidikanindonesia.blogspot.com/

 

 

Minggu, 27 November 2011

Pak Polisi

pendidikan jasmani

Pendidikan jasmani merupakan suatu proses seseorang sebagai individu maupun anggota masyarakat yang dilakukan secara sadar dan sistematik melalui berbagai kegiatan dalam rangka memperoleh kemampuan dan keterampilan jasmani, pertumbuhan, kecerdasan, dan pembentukan watak

Kamis, 24 November 2011

senangnya aku

alhamdulillah aku panjatkan syukur kehadirat Allah Swt, yang mana telah memberikan rahmat dan karunianya sehingga aku sehat atas karuniaNya. Sholawat serta salam aku slalu mencurahkan  kepada junjungan Nabi. aku Datang ke UMY kampus tercinta ini untuk mencari ilmu, untuk sampai ke UMY kampus tercinta ini aku harus menempuh 100 km. berangkat dari rumah sekitar jam 05.30 wib. alhamdulillah nyampe kampus dengan selamat. oh iyaa kenalan dulu yaah Namaku EDI SUSANDI , aku mempunyai 4 bersaudara aku anak yang terakhir. aku terlahir pada tanggal 08-06-1990 di kota berebes . kenapa akui bisa sampai di jogjakarta? karena Ilmu lah yang membuatku bisa sampai sini . alhamdulilla dengan modal  yang lumayan cukup aku bisa kuliah di UMY..lewat blog ini aku ingin saling berbagi dengan kalangan umum tentunya mengenai sebuah ilmu, karena ilmu itu adalah nur (cahaya) jadi semuga saling bermanfaat. Oh ia aku kuliah di UMY ini di Fakultas Agama Islam Dengan Jurusan Prodi PAI, karena aku ingin sekali menjadi guru yang bisa mentransfer ilmu dan nilai nilai yang baik.

Kamis, 17 November 2011

Pentingnya Penerapan Pendidikan Karakter Di Sekolah

Pentingnya Penerapan Pendidikan Karakter Di Sekolah


by. flickr mellyana

Mulai awal tahun ajaran 2012 mendatang, kepala Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga Ikwanuddin mewajibkan seluruh sekolah di Palangka Raya menerapkan pendidikan karakter. Program ini diharapkan dapat mencegah meningkatnya perilaku kenakalan remaja di kalangan pelajar.

Pendidikan karakter itu bertujuan menjadikan generasi siswa yang unggul dan tangguh serta mempunyai daya saing, dengan memberi pelatihan budi pekerti dan keagamaan yang baik kepada siswa," kata Ikwanuddin, Jumat (21/10/2011).

Penyusunan kurikulum dalam rangka pendidikan karakter yang difokuskan pada kewirausahaan dan ekonomi kreatif dengan pendekatan belajar aktif pada satuan pendidikan rintisan, sudah dilakukan pada bulan Juli lalu di Palangka Raya. "Saat ini sudah ada delapan sekolah percontohan pelaksanaan program pendidikan karakter. Sekolah-sekolah tersebut adalah TK Pembina, SDN 4 Menteng, SDN Percobaan, SLBN 1, SMP 2, SMA 2, SMK 3 dan Pusat Kegiatan Belajar Mengajar (PKBM)," katanya.

Ia mengharapkan para guru sebaiknya memberikan contoh yang baik terlebih dahulu sebelum menerapkan pendidikan karakter, agar tidak menjadi sia-sia belaka, tambahnya. "Mulai sekarang kita harus memberi contoh terlebih dulu kepada mereka agar pendidikan karakter yang diterapkan pada anak menjadi lebih mudah.

Kami menilai, program pendidikan karakter sangat tepat diterapkan di sekolah sebagai penyaring arus globalisasi dan kemajuan teknologi," ujarnya. Oleh sebab itu, guru harus dapat memberikan materi dan menyisipkan pendidikan karakter dan budi pekerti, adat istiadat, budaya daerah dan sopan santun untuk diajarkan di sekolah.

 

Tips Cara Belajar yang Baik

Tips Cara Belajar yang Baik
1. Ciptakan suasana yang kondusif

Dalam belajar, kamu harus menciptakan suasana yang kondusif, nyaman dan tenang untuk belajar. Karena bagaimanapun jika ingin materi yang kamu pelajari itu bener-bener masuk ke otakmu, kamu harus tenang dan dalam keadaan yang nyaman. Sehingga nggak mengganggu konsentrasi. Belajar di luar ruangan mungkin adalah pilihan yang cukup baik, karena selain lebih fresh, kita juga bisa lebih tenang dan nggak penat dalam belajar.
2. Lihat garis besarnya dahulu

Jika membaca bahan pelajaran yang baru, jangan langsung menceburkan diri kedalamnya. Kamu bisa lebih meningkatkan pemahaman bila melihat sepintas garis besarnya. Lihatlah semua subjudul, keterangan gambar dan ringkasan yang ada. Jik membaca bacaan yang cukup panjang, maka bacalah dahulu kalimat pertama dari setiap paragrafnya.
3. Buatlah catatan intisari dari bahan pelajaran

Kalau kamu meringkas materi dari setiap bahan pelajaran ke dalam sebuah catatan kecil, maka akan sangat membantumu mengingat bahan pelajaran itu. Pada saat kamu menulisnya, kamu pasti membaca materinya lagi, bener kan? Itu akan membuatmu cepat hafal materinya. Sebaiknya catatan itu ditulis kedalam buku kecil atau kertas yang bisa dibawa kemana-mana, sehingga bisa dibaca kapan dan dimanapun kamu berada.
4. Berlatihlah tehnik kemampuan mengingat

Agar lebih mudah kamu ingat sebaiknya materi yang akan kamu hafal itu diubah menjadi sebuah singkatan atau kata kunci (Mnemonics) dengan formulasi yang mudah diingat-ingat. Seperti MeJiKuHiBiNiU untuk singkatan-singkatan dari warna pelangi, yaitu Merah, Jingga, Kuning, Hijau, Biru, Nila dan Ungu. Walaupun kamu jika menghafal langsung dalam 1 minggu sudah lupa, dengan menggunakan mnemonics seperti ini kamu bisa ingat sampai puluhan tahun lamanya.

 

5. Belajarlah dengan tekun dan rutin.

Belajar tepat waktu dan serius juga sangat berpengaruh dalam peningkatan prestasi belajar, apabila kamu jarang belajar maupun  hanya belajar jika akan ada ulangan pasti prestasinya gak akan maksimal. Jadi belajarlah dengan tekun dan rutin selagi ada waktu untuk belajar. Juga jangan belajar dengan tergesa-gesa pada hari terakhir sebelum ulangan, cara belajar seperti itu hasilnya juga nggak akan maksimal.
Semoga Sukses,

Artikel ini ditulis oleh:Irfan, Siswa SMPN 1 Boyolali

Pengertian pendidikan islam

Pengertian pendidikan islam


Jadi definisi pendidikan Islam adalah, pengenalan dan pengakuan yang secara berangsur-angsur ditanamkan ke dalam diri manusia, tentang tempattempat yang tepat dari segala sesuatu di dalam tatanan penciptaan, sehingga membimbing ke arah pengenalan dan pengakuan tempat Tuhan yang tepat di dalam tatanan wujud dan kepribadian. Jadi pendidikan ini hanyalah untuk manusia saja.

Kembali kepada definisi pendidikan Islam yang menurut Al-Attas diperuntutukan untuk manusia saja. menurutnya pendidikan Islam dimasukkan dalam At-ta'dib, karena istilah ini paling tepat digunakan untuk menggambarkan pengertian pendidikan itu, sementara istilah tarbiyah terlalu luas karena pendidikan dalam istilah ini mancakup juga pendidikan kepada hewan. Menurut Al-Attas Adabun berarti pengenalan dan pengakuan tentang hakikat bahwa pengetahuan dan wujud bersifat teratur secara hierarkis sesuai dengan beberapa tingkat dan tingkatan derajat mereka dan tentang tempat seseorang yang tepat dalam hubungannya dengan hakikat itu serta dengan kepastian dan potensi jasmaniah, intelektual, maupun rohaniah seseorang.

Dari pengertian Al-Attas tersebut dibutuhkan pemahaman yang mendalam, arti dari pengertian itu adalah, "pengenalan" adalah menemukan tempat yang tepat sehubungan denagn apa yang dikenali, sedangkan "pengakuan" merupakan tindakan yang bertalian dengan pengenalan tadi. Pengenalan tanpa pengakuan adalah kecongkakan, dan pengakuan tanpa pengenalan adalah kejahilan belaka. Dengan kata lain ilmu dengan amal haruslah seiring. Ilmu tanpa amal maupun amal tanpa ilmu adalah kesia-siaan.

Kemudian tempat yang tepat adalah kedudukan dan kondisinya dalam kehidupan sehubungan dengan dirinya, keluarga, kelompok, komunitas dan masyarakatnya, maksudnya dalam mengaktualisasikan dirinya harus berdasarkan kriteria Al-Quran tentang ilmu, akal, dan kebaikan (ihsan) yang selanjutnya mesti bertindak sesuai dengan ilmu pengetahuan secara positif, dipujikan serta terpuji.2

Dalam pandangan Al-Attas pendidikan Islam harus terlebih dahulu diberikan kepada manusia sebagi peserta didik, pendidikan tersebut berupa pengetahuan tentang manusia disusul dengan pengetahuan-pengetahuan lainnya. Dengan demikian dia akan tahu jati dirinya dengan benar, tahu "dari mana dia, sedang dimana dia, dan mau kemana dia kelak". Jika ia tahu jati dirinya, maka ia akan selalu ingat dan sadar serta mampu dalam memposisikan dirinya, baik terhadap sesama makhluk, dan yang terlebih lagi kepada Allah SWT.Ketiga realita yaitu, manusia, alam, dan Tuhan diakui keberadaannya, dengan Tuhan sebagai sumber dari segalanya (alam dan manusia). Tuhan dapatdipahami sebagaimana dinformasikan dalam Al-Quran sebagi Rabb al-Alamin, dan Rabb al-Nass. Amrullah Ahmad menilai bahwa dalam definisi pendidikan Al- Attas mengandung proses pengajaran seseorang dalam tatanan kosmis dan sosial yang akan mengantarkannya untuk menemukan fungsinya sebagi kholifah.

Minggu, 13 November 2011

ANTARA ILMU DAN RIDHA YANG MAHA KUASA

ANTARA ILMU DAN RIDHA YANG MAHA KUASA


 


“Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat” (QS. Al-Mujadilah : 11)



Memilih menjadi orang yang beriman, berarti memilih siap untuk menjadi orang yang berilmu. Menjadi orang beriman yang berilmu, hanya akan dimiliki oleh orang yang mau mengamalkan dan membagi ilmu yang ia miliki.

“Sampaikanlah, walau satu ayat..”

Sebelum menyampaikan, seseorang harus memahami apa yang ia akan sampaikan. Hal tersebut tidak akan pernah bisa dilakukan oleh orang yang tidak berilmu. Beginilah sebenarnya proses pendidikan, belajar untuk mendapatkan ilmu dengan berpikir (tafakkur), memahami untuk meresapi (tafahhum dan tadabbur), kemudian mengamalkan dan menyampaikan (tabligh). Sebuah pendidikan akan mendapatkan ridha Allah SWT ketika jalan yang dipilih untuk mendapatkan pendidikan merupakan jalan yang benar lagi halal. Jika jalan yang dipilih merupakan jalan yang salah, ataupun jalan yang diharamkan oleh Allah SWT, maka ilmu yang didapatkan akan menjadi ilmu yang tidak barokah.

Semakin tinggi persaingan yang terjadi untuk memperoleh sebuah pendidikan, semakin banyak juga cara yang dilakukan oleh setiap orang untuk memperolehnya. Tak berhasil dengan jalan yang halal, banyak orang yang mencoba menawar dengan cara yang tidak halal, seperti menyogok guna mendapatkan apa yang mereka inginkan. Kalau sudah seperti ini, dimanakah penghargaan orang terhadap sebuah proses pendidikan? Betapa mudahnya orang yang memiliki kemampuan finansial lebih untuk mendapatkan sebuah pendidikan. Sedangkan di sisi lain, orang yang kurang mampu yang memiliki kecerdasan lebih, terhalang untuk mendapatkan pendidikan hanya karena ketidakmampuan finansial mereka untuk membayar kebutuhan pendidikan. Parahnya lagi, sebagian siswa ataupun mahasiswa, membiarkan perlakuan orang tua mereka tersebut demi memenuhi keinginan orang tua mereka agar anaknya tetap bersekolah meskipun pada dasarnya mereka tidak ingin melakukannya.

Hal yang seperti ini, akan menimbulkan beberapa efek yang negatif pada segenap pengajar, baik berupa guru ataupun dosen, bahkan siswa ataupun mahasiswa. Beberapa dosen ataupun guru akan menjadi sedikit malas ketika mengajar, karena bisa saja, siswa ataupun mahasiswa yang akan mereka ajar, tidak sepenuhnya memiliki niat tulus untuk belajar. Di samping itu, siswa ataupun mahasiswa yang hanya ingin memenuhi kebutuhan orang tuanya, tanpa menyadari kepentingan ilmu itu untuk dirinya, menghadiri proses pendidikan semau mereka. Jika ini terjadi, maka proses belajar-mengajar menjadi tidak efektif dan siswa ataupun mahasiswa yang seharusnya tercetak menjadi siswa dan mahasiswa yang baik malah menjadi sebaliknya. Kalau sudah seperti ini, akan menjadi apakah generasi penerus bangsa kita?

Untuk mendapatkan ridha Allah SWT, selain dengan jalan yang halal, ilmu yang akan dipelajari ataupun diajarkan seharusnya merupakan ilmu yang baik yang disyari’atkan oleh Allah SWT. Percuma saja, ketika jalan untuk mendapatkan sebuah pendidikan sudah merupakan jalan yang halal, namun ilmu yang dipelajari merupakan ilmu yang sesat, ataupun bertentangan dengan syari’at Allah SWT. Maka, pendidikan tersebut takkan ada nilainya di mata Allah SWT. Semoga kita bukan termasuk orang yang merugi dengan pendidikan yang telah kita dapatkan mulai kecil hingga kita dewasa sekarang. Amiin. Wallahu a’lam bishshowab.(mmh)

 

Keluarga dan Pendidikan Karekter Berbasis Islam

Keluarga dan Pendidikan Karekter Berbasis Islam

 

Persentase angka kejadian seks bebas remaja di lima kota besar Indonesia menempatkan Surabaya sebesar 54% sebagai peringkat pertama, Medan 52%, Jakarta dan Bandung 47% (BKKBN 2010).

Jangan heran atau terkejut dengan fakta yang disampaikan di atas. Seyogyanya ketika kita berbicara masalah peradaban maka kita tidak akan pernah terlepas dari generasi muda sebagai tonggak dari sebuah peradaban. Bagimanakah Islam memandang pentingnya generasi muda dalam membanganu peradaban? Mari kita tengok bagaimana Rasulullah memberikan contohnya pada kita. Rasulullah SAW secara jelas memberikan contoh konstruksi peradaban islam di sebuah kota kecil yang bernama Madinah. Madinah secara bahasa berasal dari kata “Madaniyah” atau “Tamaddun” yang berarti “Peradaban”. Madinah telah mengajarkan kita bahwa untuk membangun sebuah peradaban islam, diperlukan sebuah role model kehidupan islami yang diperankan oleh sekumpulan masyarakat yang bernama Masyrakat Madani.

Pada fase awal risalah dakwahnya, Rasulullah SAW memulai membangun masyarakat madani dengan membentuk pribadi muslim yang shaleh dan shaleha. Pribadi generasi muslim yang kuat, akan berefek pada terbentuknya sebuah keluarga muslim yang kuat pula, sehingga bisa dikatakan kunci dasar terbentuknya masyarakat madani terletak pada kokohnya pondasi dasar penyususun sebuah tatanan masyarakat yang sering kita sebut dengan nama keluarga.

Dalam konteks kekinian, fakta dilapangan masih jauh dari cita-cita membentuk peradaban Islam. Hal tersebut mengindikasikan bahwa telah terjadi penurunan fungsi dan peran keluarga dalam membangun generasi muslim islami. Padahal Ali bin Abi Thalib dan Ibnu Abbas radhiyallahuanhuma telah mengingatkan kita akan pentingnya  tarbiyah atau pendidikan dalam sebuah keluarga. “Berikan pendidikan, ajarilah dengan ketaatan kepada Allah, serta takutlah dari kemaksiatan. Didiklah anggota keluargamu dengan dzikir yang akan menyelamatkan dari api neraka.” Pendidikan dalam keluarga menjadi langkah strategis dalam mempersiapkan generasi-generasi unggul masyarakat madani.

Salah satu point penting dalam pendidikan keluarga dalam membangun generasi islami adalah pendidikan karakter bebasis islam. Pendidikan karakter islam adalah islam adalah sebuah metode pendidikan yang bertujuan untuk membentuk karakter kepribadian muslim dengan dasar nilai-nilai keislaman. Pendidikan karakter memerlukan proses jangka panjang yang harus dimulai sejak dini secara bertahap dan berkesinambungan.

KHASIAT SAYUR BROKOLI

KHASIAT SAYUR BROKOLI


Akhir-akhir  ini sayur brokoli sedang  hangat-hangatnya dibicarakan oleh berbagai pihak, dan para ilmuwan terus meneliti kandungan dari sayur brokoli ini, yang kita ketahui bahwa sayur brokoli merupakan sayur jenis kubis-kubisan, dan  sayur brokoli  dengan kembang kol memiliki banyak persamaaan yaitu dalam suku kubis-kubisan atau Brassicaceae dari jenis Brasicca oleracea. Brokoli berasal dari daerah laut tengah dan sudah sejak masa Yunani Kuno dibudidayakan, dan masuk ke indonesia pada tahun 1970-an, kini sangat populer sebagai bahan pangan.

Hasil penelitian mengenai khasiat sayur brokoli dari para peneliti di  Roswell Park Cancer Institute di Buffalo, New York melaporkan hasil penelitianya di Washington pada (18/11/2008) dalam acara pertemuan asosiasi peneliti kanker dalam bidang pencegahan (American Association of Cancer Research meeting on cancer prevention), meminta kepada para yang beresiko kanker paru-paru untuk memperbanyak mengkomsumsi sayur-sayuran yang penting bagi tubuh, yaitu brokoli, bunga kol, kubis, lobak, karena di dalam sayuran tersebut terdapat komponen isothiocyanates bagian dari zat-zat phytonutrients. Kemampuan dari Phytonutrients ini dapat memberikan efek perlindungan atau perbaikan kesehatan pada tubuh manusia melalui cara, seperti; berperan sebagai antioksidan; memperbaiki respon sistem immune tubuh; memperbaiki komunikasi antar sel tubuh; mengubah metabolisme estrogen; merubah ke vitamin A (beta-carotene dimetabolisme ke vitamin A); dapat membunuh sel kanker (apoptosis); memperbaikin DNA yang rusak akibat asap rokok atau terpapar racun lainnya; menetralisir racun melalui pengaktifan cytocrome P450 dan sistem enzim fase II.

Pada bulan Februari, 2008. Dilakukan  tes laboratorium oleh peneliti lain yang menunjukkan bahwa isothiocyanates pada brokoli dapat membantu  mencegah kanker kandung kemih pada tikus.
Dan pada edisi April 2010, volume 32,  dipublikasikan dalam jurnal Clinical Therapeutic. Studi lain menunjukkan bahwa laki-laki yang mengkonsumsi brokoli   beberapa kali dalam seminggu memiliki risiko yang lebih kecil terkena kanker prostat daripada laki-laki yang tidak mengkonsumsi brokoli.

Zat phytonutrients yang berperan sebagai antioksidan ternyata anti oksidan mempunyai peran tersendiri  seperti  vitamin C, vitamin E, karotenoid, mineral selenium, hormon melatonin dan provitamin A. Dan ternyata  menurut pakar kecantikan mengenai vitamin A pada brokoli mengandung antioksidan yang lebih baik dibandingkan antioksidan yang dimiliki oleh vitamin C. Selain itu, manfaatnya pada peremajaan kulit sangat baik karena revitalisasi evitel vitamin A dapat menghambat dan memperlambat penuaan pada kulit.

Manfaat sayur brokoli yang disebutkan di atas sangat bermanfaat sekali untuk membangun kesehatan tubuh kita, namun yang sering menjadi masalah adalah ketidaktepatan dalam memilih jenis brokoli yang baik dan cara penyajian brokoli yang baik dalam penyajian menu makan, maka dari itu perlu kita mengetahui bahwa brokoli yang baik adalah brokoli yang  memiliki warna yang hijau tua, karena warna ini menunjukkan nilai nutrisi yang tinggi.  Bunga brokoli yang berwarna hijau tua, atau agak keunguan mengandung lebih banyak beta-karoten dan vitamin C daripada yang warnanya lebih pucat.  Dan memilih brokoli yang memiliki batang yang keras. Batang yang keras menunjukkan kualitas yang bagus, serta dalam penyajian brokoli sebaiknya dikukus, masak dengan microwave atau ditumis dengan sedikit kaldu atau air, karena cara ini lebih baik dibandingkan dengan merebus yang akan menghilangkan kandungan beberapa vitamin dan mineral. Dan dalam penelitian  yang dikemukakan  oleh para peneliti di  Roswell Park Cancer Institute di Buffalo bahkan  menjelaskan cara mengkonsumsi sayuran ini dalam keadaan mentah lebih baik, karena akibat dari pemanasan dapat merusak enzim dalam sayuran yang berfungsi mengaktifkan isothiocyanates.

Sumber : Kumpulan Dari Berbagai Sumber di journal

 

Menjadi manusia kompeten

Menjadi manusia kompeten


Oleh : Ibnu Bari


Sistem pendidikan sesungguhnya telah menjadi salah satu ikhtiar manusia untuk menciptakan orang-orang yang berkompeten sesuai dengan jamannya masing-masing.  Dibalik sistem tersebut, ada obsesi tentang manusia Indonesia di masa yang akan datang.  Ada gambaran tentang bangunan besar Indonesia yang didambakan dengan sejumlah manusia di dalamnya.

Dalam segala kekurangannya, tentu kita harus mengangkat topi untuk para guru, ustad, dan dosen yang telah menghibahkan diri mereka untuk mewujudkan Indonesia masa depan.  Merekalah yang menerjemahkan bangunan sistem pendidikan bangsa ini sehingga melahirkan manusia-manusia berkarakter.  Di pundak mereka, ada pertaruhan masa depan bangsa.  Sesungguhnya, seberkualitas apa pun suatu sistem tidak akan ada artinya sama sekali manakala manusia-manusia penyangganya lemah.

Banyak orang yang mengandalkan/menyandarkan diri mereka pada sistem pendidikan agar mereka jadi berkualitas.  Mereka menjadi manusia-manusia sistemik yang sangat yang sibuk membangun dan mempertahankan sistem.  Tentu saja hal ini tidak salah, terutama jika mereka adalah orang-orang yang mengendalikan sistem.  Adalah kewajiban bagi pengelola sistem untuk terus memperbaiki sistemnya agar bisa menjawab tantangan jaman.

Akan tetapi, secara individual, kita tidak bisa mengandalkan sistem untuk membangun diri kita. Kita sendiri lah yang membangun diri kita.  Bukankah Allah berfirman bahwasanya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu mengubah diri mereka sendiri (QS. 8:53).  Ayat ini tidak hanya berlaku bagi suatu kaum tetapi juga berlaku bagi setiap individu yang ingin adanya perubahan pada dirinya.

Catatan keberhasilan orang-orang sukses selalu menunjukkan pada kita bahwa kekuatan yang ada dalam diri mereka lah yang membuat mereka berhasil. Sistem lingkungan disekitar mereka hanya menjadi faktor pendukung bagaimana mereka memahami dunia dan kehidupannya.  Imam Bukhari, Imam Muslim, Al Farabi, Ibnu Khaldun, Jamaludin Al Afghani, Muhammad Abduh, Hasan Al Banna, Ahmad Dahlan, Mohammad Natsir, dan masih banyak lagi nama-nama yang bisa kita sebutkan, semuanya memiliki motivasi yang kuat dalam diri mereka untuk berkarya sebaik mungkin sebagai anak manusia.  Mereka tidak pernah berkeluh kesah akan situasi dan kondisi yang mereka hadapi.  Juga akan sistem sosial pendidikan dimana mereka berada.  Mereka menyadari kekurangan sistem dan mengambil peran untuk membangun diri dan ikut memperbaiki sistem lingkungan sosial/pendidikan di sekitar mereka.

 

Jumat, 11 November 2011

ANALISIS MATERI SKI MTS KELAS VII

 

 

ANALISIS MATERI SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM  (SKI)


MTS KELAS VII SEMESTER GASAL


Disusun untuk memenuhi Tugas pada mata kuliah


Analisis Sejarah kebuayaan islam yang diampu oleh Drs. Syamsudin M.Si


 


 


 






















F


 


 


Mata pelajaran Tonggak Sejarah Kebudayaan Islam


Mts Kelas VII  semester gasal.


 


 


Di Susun Oeh :


 


Anggi


Edi Susandi


Fajarudin


Erna Setyaningsih


Harsono


 


 


 


 


FAKULTAS AGAMA ISLAM


JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM ( TARBIYAH)


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA


REGULER 2009


 


 


 


 


RENCANA PEMBELAJARAN (RPP)


BAB I


 


Nama Sekolah             : MTS  MUHAMMADIYAH WONOSARI


Mata Pelajaran             : Sejarah kebudayaaan islam


Kelas / Semester          : 1 Gasal.


Alokasi Waktu             : 2 x 45 Menit.


Standar Kompetensi     : Memahami Sejarah kebudayaan islam.


I.                   KOMPETENSI DASAR


·         Menjelaska pengertian kebudayaan islam.


·         Menjelaskan tujuan dan manfaat sejarah kebuudayaan islam.


Mengidentifikasi bentuk/wujud kebudayaan islam.


 


II.                INDIKATOR


·         Menjelaskan awal sejarah kebudayaan islam.


·         Menjelaskan sebab- sebab terlahirnya  kebudayaan islam.


·         Menyebutkan manfaat setelah mempelajari kebudayaan islam.


·         Menjelaskan bentuk-bentuk kebudayaan islam


·         Menyebutkan contoh -contoh kebudayaan islam pada masa islam sekarang..


 


III.             TUJUAN PEMBELAJARAN


·         Siswa diharapkan dapat menjelaskan pengertian kebudayaan islam dengan benar.


·         Siswa dapat menjelaskan sebab-sebab terlahirnya kebudayaan islam dengan benar.


·         Siswa dapat menjelaskan bentuk- bentuk kebudayaan islam.


·         Siswa dapat menyebutkan contoh-contoh kebudayaan islam .


·         Siswa bisa menceritakan awal sejarah kebudayaan islam.


 


IV.              MATERI AJAR


·         Tonggak sejarah kebudayaan islam mts untuk kelas VII.


 


V.                 METODE BELAJAR


·         Demontrasi


·         Resitasi,


·         Diskusi dan Penugasan.


 


VI.              SUMBER BELAJAR


·         Buku Panduan Belajar Tonggak Sejarah Kebudayaan Islam 1 Untuk Kelas VII MTS, terbitan PT.TIGA SERANGKAI PUSTAKA MANDIRI: Solo.


·         CD kisah-kisah sejarah kebudayaan islam.


·         Kertas panel untuk bahan diskusi.


·          


VII.           LANGKAH – LANGKAH PEMBELAJARAN


A.Kegiatan Awal.


 


1. Siswa membaca pengertian sejarah kebudayaan islam, tujuan dan manfaat sejarah   kebudayaan islam


2. Guru memimpin tadarus bersama selama 5 – 10 menit dengan membaca Al-Quran.


3. Guru menjelaskan materi secara singkat yang akan di pelajari dengan kompetensi dasarnya.


4. Guru menjelaskan secara singkat langkah langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan.


 


 


 


 


 


 


 


 


B. Kegiatan Inti.


 


Dalam kegiatan inti, Guru dan siswa melakukan kegiatan sebagai berikut;


1.      Eksplorasi.


·         Siswa membaca pengertian Sejarah Kebudayaan Isla,Tujuan dan manfaat SKI.


·         Siswa menulis pengertian Sejarah Kebudayaan Isla,Tujuan dan manfaat SKI.


·         Siswa melihat tayang sejarah kebudayaan islam  melalui layar LCD.


·         Siswa bertanya jawab dengan guru mengenai tujuan dan manfaat sejarah kebudayaan islam.


·         Siswa bertanya jawab dengan guru mengenai bentuk atau wujud kebudayaan islam.


·         Siswa berdiskusi tentang Sejarah kebudayaan islam.


·         Siswa memberikan laporan tentang hasil diskusi kelompoknya untuk ditanggapi oleh kelompok lain..


 


2.      Konsolidasi Pembelajaran.


·         Guru mengamati semua kegiatan siswa yang sedang berdiskusi.


·         Guru memotifasi  siswa yang kurang aktif dalam kegiatan diskusi.


·         Guru memberikan tambahan penguatan keterangan jika dibutuhkan siswa dan jika masih ada kekurangan.


·         Siswa melengkapi catatan yang kurang


C. Kegiatan Akhir.


1. Para siswa memasang hasil diskusi  yang sudah disempurnakan pada papan pajangan.


2. Para siswa dianjurkan untuk  membuat portofolio siswa guna menyimpan dokumen penting dari hasil pembelajaran.


3. Guru meminta kepada siswa agar selalu mempelajari pelajaran ang telah dan akan diajarkan.


.6. Guru menutup / mengakhiri pelajaran dengan mengajak para siswa membaca kalimat hamdalah secara bersama-sama.


7. Guru mengucap salam dan siswa menjawan serentak.


 


VIII.        PENILAIAN


Pembahasan mengenai Penilaian meliputi tiga hal yaitu tes lisan, tes tertulis, dan test perbuatan.


a.Test lisan


Setiap siswa diminta untuk untuk memaparkan secara kilas mengenai pengertian kebudayaan islam, tujuan dan bentuk kebudayaan islam.


b. test tertulis


- Guru memberikan soal tetulis sesuai dengan standar kompetensi.


- Guru menganjurkan setiap siswa membuat artikel tanggapan mengenai Sejarah Kebudayaan islam.


 


Wonosari,01 November 2011


Mengetahui


Kepala sekolah                                                                              Guru mapel


Sejarah Kebudayaan Islam


 


  Tri YuswantoS.Pd                                                                                    Wagimin S.Ag


 


 


 


 


RENCANA PEMBELAJARAN (RPP)


BAB II


 


Nama Sekolah             : MTS  MUHAMMADIYAH WONOSARI


Mata Pelajaran             : Sejarah kebudayaaan islam


Kelas / Semester          : 1 Gasal.


Alokasi Waktu             : 2 x 45 Menit.


Standar Kompetensi     : Memahami Sejarah Nabi Muhammad Saw periode mekah.


I.                   KOMPETENSI DASAR


·         Mendeskripsikan misi Nabi Muhammad Saw, sebagai rahmat bagi seluruh alam semesta pembawa kedamaian, kesejahteraan dan kemajuan masyarakat .


·         Mengambil ibrah dari misi Nabi Muhammad Saw, sebagai rahmat bagi seluruh alam semesta pembawa kedamaian, kesejahteraan dan kemajuan masyarakat untuk masa kini dan yang akan datang.


·         Meneladani perjuangan Nabi Muhammad Saw dan para sahabat dalam menghadapai masyarakat mekkah.


 


II.                INDIKATOR


·         Menjelaskan misi Nabi Muhammad Saw.


·         Menjelaskan sebab- sebab misi Nabi Muhammad Saw.


·         Menyebutkan ibrah dari misi Nabi Muhammad Saw.


·         Menjelaskan cara cara dalam misi Nabi Muhammad Saw


·         Menyebutkan contoh -contoh misi Nabi Muhammad Saw .


 


·         TUJUAN PEMBELAJARAN


·         Siswa diharapkan dapat menjelaskan Nabi Muhammad Saw dengan benar.


·         Siswa dapat menjelaskan sebab-sebab misi Nabi Muhammad Saw dengan benar.


·         Siswa dapat menjelaskan ibrah dari misi Nabi Muhammad Saw.


·         Siswa dapat menyebutkan contoh-contoh kebudayaan islam .


·         Siswa bisa menceritakan awal misi Nabi Muhammad Saw


·         Siswa dapat mengenal Nabi Muhammad Saw lebih dekat


·         Siswa dapat mencintai Nabi Muhammad Saw


·         Sisa dapat nencontoh misi Nabi Muhammad Saw.


 


III.             MATERI AJAR


·         Tonggak sejarah kebudayaan islam mts untuk kelas VII.


 


IV.              METODE BELAJAR


·         Demontrasi


·         Resitasi,


·         Diskusi dan Penugasan.


 


V.                 SUMBER BELAJAR


·         Buku Panduan Belajar Tonggak Sejarah Kebudayaan Islam 1 Untuk Kelas VII MTS, terbitan PT.TIGA SERANGKAI PUSTAKA MANDIRI: Solo.


·         CD kisah-kisah sejarah kebudayaan islam.


·         Kertas panel untuk bahan diskusi.


 


 


 


 


 


 


 


 


VI.              LANGKAH – LANGKAH PEMBELAJARAN


A.Kegiatan Awal.


 


1. Guru member salam dan memulai pelajaran dengan mengucapkan basmalah dan doa secara bersama sama.


2. Guru memimpin tadarus bersama selama 5 – 10 menit dengan membaca Al-Quran.


3. Guru menjelaskan materi secara singkat yang akan di pelajari dengan kompetensi dasarnya.


4. Guru menjelaskan secara singkat langkah langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan.


B. Kegiatan Inti.


 


Dalam kegiatan inti, Guru dan siswa melakukan kegiatan sebagai berikut;


3.      Eksplorasi.


·         Siswa membaca memahami sejarah Nabi Muhammad Saw periode mekah.


·         Siswa menulis memahami sejarah Nabi Muhammad Saw periode mekah.


·         Siswa melihat tayang sejarah Nabi Muhammad Saw melalui layar LCD.


·         Siswa bertanya jawab dengan guru mengenai tujuan dan misi Nabi Muhammad Saw .


·         Siswa bertanya jawab dengan guru mengenai bentuk misi dan ibrah Nabi Muhammad Saw.


·         Siswa berdiskusi tentang Memahami Sejarah Nabi Muhammad Saw periode mekah.


·         Siswa memberikan laporan tentang hasil diskusi kelompoknya untuk ditanggapi oleh kelompok lain..


 


4.      Konsolidasi Pembelajaran.


·         Guru mengamati semua kegiatan siswa yang sedang berdiskusi.


·         Guru memotifasi  siswa yang kurang aktif dalam kegiatan diskusi.


·         Guru memberikan tambahan penguatan keterangan jika dibutuhkan siswa dan jika masih ada kekurangan.


·         Siswa melengkapi catatan yang kurang


C. Kegiatan Akhir.


1. Para siswa memasang hasil diskusi  yang sudah disempurnakan pada papan pajangan.


2. Para siswa dianjurkan untuk  membuat portofolio siswa guna menyimpan dokumen penting dari hasil pembelajaran.


3. Guru meminta kepada siswa agar selalu mempelajari pelajaran ang telah dan akan diajarkan.


.6. Guru menutup / mengakhiri pelajaran dengan mengajak para siswa membaca kalimat hamdalah secara bersama-sama.


7. Guru mengucap salam dan siswa menjawan serentak.


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


VII.           PENILAIAN


Pembahasan mengenai Penilaian meliputi tiga hal yaitu tes lisan, tes tertulis, dan test perbuatan.


a.Test lisan


Setiap siswa diminta untuk untuk memaparkan secara kilas mengenai pengertian Memahami Sejarah Nabi Muhammad Saw periode mekah.


b. test tertulis


- Guru memberikan soal tetulis sesuai dengan standar kompetensi.


- Guru menganjurkan setiap siswa membuat artikel tanggapan mengenai Memahami Sejarah Nabi Muhammad Saw periode mekah..


 


Wonosari,01 November 2011


Mengetahui


Kepala sekolah                                                                              Guru mapel


Sejarah Kebudayaan Islam


 


  Tri YuswantoS.Pd                                                                                    Wagimin S.Ag


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


RENCANA PEMBELAJARAN (RPP)


BAB II


 


Nama Sekolah             : MTS  MUHAMMADIYAH WONOSARI


Mata Pelajaran             : Sejarah kebudayaaan islam


Kelas / Semester          : 1 Gasal.


Alokasi Waktu             : 2 x 45 Menit.


Standar Kompetensi     : Memahami Sejarah Nabi Muhammad Saw periode Madinah.


VIII.        KOMPETENSI DASAR


·         Mendeskripsikan sejarah nabi  saw dalam membangun masyarakat melalui kegiatan  ekonomi dan perdagangan .


·         Mengambil ibrah dari misi Nabi Muhammad Saw, sebagai rahmat bagi seluruh alam semesta pembawa kedamaian, kesejahteraan dan kemajuan masyarakat untuk masa kini dan yang akan datang.


·         Meneladani perjuangan Nabi Muhammad Saw dan para sahabat dalam menghadapai masyarakat madinah.


 


IX.              INDIKATOR


·         Menjelaskan misi Nabi Muhammad Saw di kota madinah


·         Menjelaskan sebab- sebab misi Nabi Muhammad Saw di kota madinah.


·         Menyebutkan ibrah dari misi Nabi Muhammad Saw di kota madinah.


·         Menjelaskan cara cara dalam misi Nabi Muhammad Saw di kota madinah.


·         Menyebutkan contoh -contoh misi Nabi Muhammad Saw  dan para sahabat di kota madinah.


 


·         TUJUAN PEMBELAJARAN


·         Siswa diharapkan dapat menjelaskan sejarahNabi Muhammad Saw dengan benar.


·         Siswa dapat menjelaskan sebab-sebab misi Nabi Muhammad Saw di madinah dengan benar.


·         Siswa dapat menjelaskan ibrah dari misi Nabi Muhammad Saw di madinah.


·         Siswa dapat menyebutkan contoh-contoh kebudayaan islam di madinah.


·         Siswa bisa menceritakan awal misi Nabi Muhammad Saw ketika di madinah.


·         Siswa dapat mengenal Nabi Muhammad Saw lebih dekat


·         Siswa dapat mencintai Nabi Muhammad Saw


·         Sisa dapat nencontoh misi Nabi Muhammad Saw.


 


X.                 MATERI AJAR


·         Tonggak sejarah kebudayaan islam mts untuk kelas VII.


 


XI.              METODE BELAJAR


·         Demontrasi


·         Resitasi,


·         Diskusi dan Penugasan.


 


XII.           SUMBER BELAJAR


·         Buku Panduan Belajar Tonggak Sejarah Kebudayaan Islam 1 Untuk Kelas VII MTS, terbitan PT.TIGA SERANGKAI PUSTAKA MANDIRI: Solo.


·         CD kisah-kisah sejarah kebudayaan islam.


·         Kertas panel untuk bahan diskusi.


 


 


 


 


 


 


 


 


XIII.        LANGKAH – LANGKAH PEMBELAJARAN


A.Kegiatan Awal.


 


1. Guru member salam dan memulai pelajaran dengan mengucapkan basmalah dan doa secara bersama sama.


2. Guru memimpin tadarus bersama selama 5 – 10 menit dengan membaca Al-Quran.


3. Guru menjelaskan materi secara singkat yang akan di pelajari dengan kompetensi dasarnya.


4. Guru menjelaskan secara singkat langkah langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan.


B. Kegiatan Inti.


 


Dalam kegiatan inti, Guru dan siswa melakukan kegiatan sebagai berikut;


5.      Eksplorasi.


·         Siswa membaca memahami sejarah Nabi Muhammad Saw periode madinah.


·         Siswa menulis memahami sejarah Nabi Muhammad Saw periode madinah.


·         Siswa melihat tayang sejarah Nabi Muhammad Saw di kota madinah melalui layar LCD.


·         Siswa bertanya jawab dengan guru mengenai membangun masyarakat melauli kegiatan ekonomi dan perdagangan di madinah .


·         Siswa bertanya jawab dengan guru mengenai bentuk misi dan ibrah Nabi Muhammad Saw ketika di madinah.


·         Siswa berdiskusi tentang Memahami Sejarah Nabi Muhammad Saw periode mekah samapi kemadinah.


·         Siswa memberikan laporan tentang hasil diskusi kelompoknya untuk ditanggapi oleh kelompok lain..


 


6.      Konsolidasi Pembelajaran.


·         Guru mengamati semua kegiatan siswa yang sedang berdiskusi.


·         Guru memotifasi  siswa yang kurang aktif dalam kegiatan diskusi.


·         Guru memberikan tambahan penguatan keterangan jika dibutuhkan siswa dan jika masih ada kekurangan.


·         Siswa melengkapi catatan yang kurang


C. Kegiatan Akhir.


1. Para siswa memasang hasil diskusi  yang sudah disempurnakan pada papan pajangan.


2. Para siswa dianjurkan untuk  membuat portofolio siswa guna menyimpan dokumen penting dari hasil pembelajaran.


3. Guru meminta kepada siswa agar selalu mempelajari pelajaran ang telah dan akan diajarkan.


.6. Guru menutup / mengakhiri pelajaran dengan mengajak para siswa membaca kalimat hamdalah secara bersama-sama.


7. Guru mengucap salam dan siswa menjawan serentak.


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


XIV.        PENILAIAN


Pembahasan mengenai Penilaian meliputi tiga hal yaitu tes lisan, tes tertulis, dan test perbuatan.


a.Test lisan


Setiap siswa diminta untuk untuk memaparkan secara kilas mengenai pengertian Memahami Sejarah Nabi Muhammad Saw periode madinah.


b. test tertulis


- Guru memberikan soal tetulis sesuai dengan standar kompetensi.


- Guru menganjurkan setiap siswa membuat artikel tanggapan mengenai Memahami Sejarah Nabi Muhammad Saw periode madinah..


 


Wonosari,01 November 2011


Mengetahui


Kepala sekolah                                                                              Guru mapel


Sejarah Kebudayaan Islam


 


  Tri YuswantoS.Pd                                                                                    Wagimin S.Ag


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


KRITISI HASIL ANALISI DARI BAB I SAMPAI BAB III


 


Di dalam mengkritisi  bahan buku ajar sejarah kebudayaan islam kelompok kami ingin memaparkan hasil analisis buku tonggak sejarah kebudayaan islam 1 untuk Mts kelas VII sebagai berikut:


 







































KELEBIHAN



KEKURANGAN


 



Di dalam buku tonggak sejarah kebudayaan islam untuk kelas VII Mts semester gasal yang di terbitkan oleh PT.TIGA SERANGKAI PUSTAKA MANDIRI: Solo, terdapat kamus kecil. Guna untuk mempermudah siswa siswi di dalam memaknai kata kata yang sukar untuk di pahami.


 



Terlalu menekankan asfek kognitif



Terdapat suplemen pembahasan tokoh sejarah kebudayaan islam, suplemen ini membantu siswa siswi kelas VII dalam menambah wawasan mengenai tokoh sejarah kebudayaan islam, baik sekali tentunya mungkin  dengan suplemen ini  yang di beri nama “ ahlak karimah” bias menumbuhkan ahlak yang baik  sesuai dengan tokoh sejarah islam, dan juga dapat membangun karakter yang baik.


 



Dalam pembahasan kurang meruncing (lengkap) pembahasan terlalu sedikit dan ngirit.



Pada buku ini terdapat juga rangkuman atau ulasan di akhir pembahasan, rangkuman ini membantu siswa siswi dalam meng follow up pelajaran yang di terimanya sehingga bisa mengingatkan untuk menghafalnya.


 



Di dalam bab I Cuma terdapat  petikan atau referensi al-quran, kurang untuk  menguatkan kisah sejarah pada siswa siswi kelas VII.



Evaluasi (Cukup menguji siswa dalam soal soal pilihan ganda dan essay)



Tidak adanya gambar yang bisa membuat siswa untuk tertarik dalam membaca buku sejarah kebudayaan islam.


 



 



Memang terdapat kamus kecil  namun saying terletak di tengah pokok pembahasan seharusnya di akhir pembahasan.


 



 



Singkatnya penjelasan dalam menjelaskan sub sub judul, sehingga siswa tidak banyak mengetahui dari makna atau isi pembelajaran sejarah islam ini.


 



 



Seharusnya untuk sejarah kebudayaan islam kelas VII Mts lebih ter porsi dengan baik dalam memberikan bahan pelajaran


 



 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


REKOMENDASI


 


Setelah Kelompok kami menganalisis buku ajar tongak sejarah kebudayaan islam 1 untuk Mts kelas VII dari Bab I sampai dengan Bab III Merekomendasikan bahwa memang Untuk di jadikan bahan acuan pelajaran bagi kelas VII  cukup baik dan dapat di terima namun adakalanya mencantumkan dari apa yang kelompok ini sebutkan diatas . Buku ajar ini sebenarnya mudah di cerna / di tangkap dalam arti pemahaman cumin kurang pembahasannya saja. Demikianlah hasil analisis yang dapat kelompok kami paparkan adapun di dalam meganalisis terdapat kekurangan kelompok kami mohon maaf yang sebesar besarnya. Kritik dan saran yang sifatnya membantu untuk penugasan berikutnya kelompok kami sangat mengharapkannya.


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


KATA PENGANTAR


 


Asssalamualaikum Wr.Wb


Segala puji bagi Allah Swt yang telah melimpahkan rahmatnya,Sholawat serta salam semoga di limpahkan kepada Rasulullah Saw.Penyusun bersyukur kepada Allah Swt yang telah memberikan hidayah dan taufiknya sehingga kami dapat menyelesaikan Analisis materi sejarah kebudayaan islam ini guna memenuhi tugas mata kuliah Analisis Materi Sejarah Kebudayan Islam  yang di ampu oleh Drs.Syamsudin M.Si. adapun di dalam menganalisis terdapat kesalahan dan ketidaksempurnaan dalam memaparkan analisis ini kami mohon maaf yang sebesar besarnya.


Wassalamualaikum Wr Wb