Minggu, 13 November 2011

ANTARA ILMU DAN RIDHA YANG MAHA KUASA

ANTARA ILMU DAN RIDHA YANG MAHA KUASA


 


“Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat” (QS. Al-Mujadilah : 11)



Memilih menjadi orang yang beriman, berarti memilih siap untuk menjadi orang yang berilmu. Menjadi orang beriman yang berilmu, hanya akan dimiliki oleh orang yang mau mengamalkan dan membagi ilmu yang ia miliki.

“Sampaikanlah, walau satu ayat..”

Sebelum menyampaikan, seseorang harus memahami apa yang ia akan sampaikan. Hal tersebut tidak akan pernah bisa dilakukan oleh orang yang tidak berilmu. Beginilah sebenarnya proses pendidikan, belajar untuk mendapatkan ilmu dengan berpikir (tafakkur), memahami untuk meresapi (tafahhum dan tadabbur), kemudian mengamalkan dan menyampaikan (tabligh). Sebuah pendidikan akan mendapatkan ridha Allah SWT ketika jalan yang dipilih untuk mendapatkan pendidikan merupakan jalan yang benar lagi halal. Jika jalan yang dipilih merupakan jalan yang salah, ataupun jalan yang diharamkan oleh Allah SWT, maka ilmu yang didapatkan akan menjadi ilmu yang tidak barokah.

Semakin tinggi persaingan yang terjadi untuk memperoleh sebuah pendidikan, semakin banyak juga cara yang dilakukan oleh setiap orang untuk memperolehnya. Tak berhasil dengan jalan yang halal, banyak orang yang mencoba menawar dengan cara yang tidak halal, seperti menyogok guna mendapatkan apa yang mereka inginkan. Kalau sudah seperti ini, dimanakah penghargaan orang terhadap sebuah proses pendidikan? Betapa mudahnya orang yang memiliki kemampuan finansial lebih untuk mendapatkan sebuah pendidikan. Sedangkan di sisi lain, orang yang kurang mampu yang memiliki kecerdasan lebih, terhalang untuk mendapatkan pendidikan hanya karena ketidakmampuan finansial mereka untuk membayar kebutuhan pendidikan. Parahnya lagi, sebagian siswa ataupun mahasiswa, membiarkan perlakuan orang tua mereka tersebut demi memenuhi keinginan orang tua mereka agar anaknya tetap bersekolah meskipun pada dasarnya mereka tidak ingin melakukannya.

Hal yang seperti ini, akan menimbulkan beberapa efek yang negatif pada segenap pengajar, baik berupa guru ataupun dosen, bahkan siswa ataupun mahasiswa. Beberapa dosen ataupun guru akan menjadi sedikit malas ketika mengajar, karena bisa saja, siswa ataupun mahasiswa yang akan mereka ajar, tidak sepenuhnya memiliki niat tulus untuk belajar. Di samping itu, siswa ataupun mahasiswa yang hanya ingin memenuhi kebutuhan orang tuanya, tanpa menyadari kepentingan ilmu itu untuk dirinya, menghadiri proses pendidikan semau mereka. Jika ini terjadi, maka proses belajar-mengajar menjadi tidak efektif dan siswa ataupun mahasiswa yang seharusnya tercetak menjadi siswa dan mahasiswa yang baik malah menjadi sebaliknya. Kalau sudah seperti ini, akan menjadi apakah generasi penerus bangsa kita?

Untuk mendapatkan ridha Allah SWT, selain dengan jalan yang halal, ilmu yang akan dipelajari ataupun diajarkan seharusnya merupakan ilmu yang baik yang disyari’atkan oleh Allah SWT. Percuma saja, ketika jalan untuk mendapatkan sebuah pendidikan sudah merupakan jalan yang halal, namun ilmu yang dipelajari merupakan ilmu yang sesat, ataupun bertentangan dengan syari’at Allah SWT. Maka, pendidikan tersebut takkan ada nilainya di mata Allah SWT. Semoga kita bukan termasuk orang yang merugi dengan pendidikan yang telah kita dapatkan mulai kecil hingga kita dewasa sekarang. Amiin. Wallahu a’lam bishshowab.(mmh)

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar